Salinan dari Sabyan.org | Penulis : Makhyatul Fikriya
Kebanyakan publikasi ilmiah ditulis oleh minimal 2 orang author (penulis). Mengapa demikian? Adakah “aturan” untuk menetapkan siapa yang menjadi first author (penulis di urutan pertama), second author, dan seterusnya? Dan siapa yang seharusnya layak menjadi corresponding authors?
First Author: Lazimnya, first author merupakan penulis yang paling banyak memberikan kontribusi dalam penelitian (dan penulisan paper). “Keistimewaan” seorang first author adalah, jika papernya dikutip oleh paper lain, maka namanya yang akan digunakan untuk merujuk ke paper yang bersangkutan, misalnya: “The work of Clements et al. (2003) ….”. Ini berarti Clements adalah first author (bukan corresponding author) dari paper yang dikutip.
Second, Third Authors dan seterusnya : Yaitu penulis yang memiliki kontribusi lebih sedikit daripada first author dalam penelitian (dan penulisan paper). Para penulis ini bisa saja berperan hanya dalam mengoreksi penulisan paper, bahkan dalam beberapa kasus “curang”, namanya hanya dipinjam untuk menaikkan kredibilitas paper di mata editor jurnal (bisanya nama seorang pakar). Tetapi resikonya ada: Jika papernya terbukti melanggar kode etik, maka namanya akan tetap diblack-list meskipun hanya sekedar “dipinjam”.
Corresponding author: Biasanya ditandai dengan asterisk (*) atau “cross” di sebelah kanan namanya pada halaman pertama paper, atau disebutkan di bagian lain di halaman pertama paper. Corresponding Author adalah author yang akan menjadi tempat berkorespondensi bagi orang lain yang ingin bertanya tentang paper tersebut. Jadi meskipun nama penulis ini ditulis di urutan terakhir, tetapi nanti dialah yang akan ditanyai oleh orang lain yang berminat membahas isi papernya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait corresponding author:
- Corresponding Author adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kualitas isi paper. Dalam kasus seorang mahasiswa yang menulis paper untuk memenuhi syarat kelulusan, biasanya nama dosen pembimbingnya yang menjadi corresponding author. Di sini banyak mahasiswa tidak memahami dan sering menjadikan status corresponding author ini menjadi bahan perdebatan dengan dosen pembimbingnya. Dia merasa bahwa dialah yang seharusnya menjadi corresponding author karena berkontribusi lebih banyak. Dia tidak tahu bahwa jika isi paper itu menyalahi etika (misalnya ditemukan plagiasi), maka yang akan “dipermalukan” pertama kali adalah corresponding author (misalnya: diblack-list oleh beberapa jurnal), meskipun nama si mahasiswa ini akhirnya juga akan diblack-list.
- Tidak ada aturan baku yang mengatur posisi corresponding author dalam daftar penulis paper. Dia dapat menjadi first author, second author, atau last author.
- Jika paper tersebut merupakan hasil dari pekerjaan proyek riset, maka corresponding author biasanya merupakan penanggungjawab dari proyek riset tersebut. (mf)